.

Sabtu, 19 Juni 2010

Realita di Sebuah Negara Kaya

Pada tahun 2010 ini, Indonesia akan memasuki usia yang ke 65 tahun. Telah banyak yang telah dilakukan bangsa ini baik itu dalam ruanglingkup internasional maupun dalam kategori nasional. Pembangungan terus dilakukan di seluruh aspek kehidupan dengan tujuan untuk meningkatkan ”kesejahteraan rakyat” dan memajukan Negara Indonesia sehingga bisa sejajar dengan Negara-negara maju di dunia.

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, tidak ada yang meragukan akan hal itu. Tidak ada orang yang ragu dengan kandungan emasnya, kandungan batubaranya, hutan yang luasnya susah diukur, lautnya yang luas dan kaya akan ikan dan sumber daya laut lainnya. Dengan modal ini “seharusnya” Indonesia menjadi negara maju dan masyarakatnya sejahtera karena memiliki semua sumberdaya alam yang kaya.

Negara yang kaya dengan sumberdaya alam ini seolah menelan pil pahit yang sangat tidak enak. Hampir setiap hari kita temui dijalanan, banyak pengamen, pengemis, penjual rokok yang mempertaruhkan nyawa, anak-anak yang tidak mampu bersekolah, cuma untuk mendapatkan uang untuk membeli seliter beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia bahkan tidak mampu untuk membeli beras dan bahkan mereka makan nasi aking yaitu nasi basi yang dikeringkan, padahal nasi aking itu sendiri lebih cocok untuk diadikan pakan ternak. Di satu sisi, para pengemis, pengamen itu melakukan pekerjaan mereka di antara macetnya jalanan oleh mobil-mobil mewah yang tidak terhitung harganya. Suatu fenomena yang mengiris hati.


Siapakah yang bertanggung jawab atas semua ini?

Sudah pasti, kita semua. Seluruh warga negara Indonesia. Kita semua turut bertanggungjawab atas terjadinya kemiskinan di negara kita dan menjadi suatu lahan amal bagi kita semua jika kita turut membantu mereka

…dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin…” (AL BAQARAH ayat 83)

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya....”. (AL BAQARAH ayat 177)

Selaku pemeluk agama islam, agama Rahmatan lil alamin sudah jelas adalah suatu kebaikan ketika kita mensedekahkan harta dan kekayaan kita di jalan Allah seperti yang tertuang di dalam surah AL BAQARAH ayat 177 di atas.

Akan tetapi, sudah lengkapkah jika hanya bersedekah kepada mereka? Tentu saja tidak, yang diperlukan adalah adanya suatu solusi yang bisa mengangkat derajat mereka dari kata “miskin” ke tingkatan yang sejajar dengan masyarakat lainnya. Pemerintah seharusnya mampu berperan aktif dalam menangani masalah ini yaitu dengan jalan menyediakan lapangan pekerjaan, sarana sekolah yang murah (gratis), harga bahan pokok yang terjangkau, dan terutama adalah mampu menghidupkan ekonomi riil dan bukan begerak di nonriil .

“seseorang yang ditetapkan Allah (dalam kedudukan) mengurus kepentingan ummat, dan mereka tidak memberikan nasihat kepada mereka (ummat) maka dia tidak akan mecium bau surga.(HR. Bukhari dan Muslim dari Ma’qil bin Yasr ra. Lapads bagi Bukhari).

Sudah jelas bahwa seorang pemimpin harus bisa mengurusi rakyatnya, bukan malah bersenang-senang di atas penderitaan rakyatnya.

Semoga kita semua bisa tetap dijalan Allah dan mendapat Rahmat-Nya.



Bagi yang ingin copy-paste artikel ini silahkan, tapi jangan lupa cantumkan backlinknya! :-)
Rico Satria

About the Author

I am just an ordinary, What I want to share my knowledge with others, and all about computers information around the world. Okay do not forget to visit the always Internet Box.

2 comments:

saidiblogger on 19 Juni 2010 pukul 06.25 mengatakan...

setiap kita adalah pemimpin.. mudah2an kita bisa merubah realita negara kita menjadi lebih berintegritas.. :D

Go Blog on 23 Juni 2010 pukul 11.58 mengatakan...

Yups...
setiap kita adalah pemimpin bagi diri kita masing2, yang akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak...
mudah2an generasi muda sekarang bisa menjadi pemimpin2 yang lebih bertqwa dan berilmu di masa mendatang...


Posting Komentar